Wednesday 30 October 2013

Happy Sweet Seven

       Berawal entah darimana, semuanya mengalir begitu saja. Senyum dan sapamu petang itu membuka semuanya tentang kita. Tentang rasa yang terpendam, tentang sebuah kepastian, dan tentang cinta yang mulai merajalela.

Monday 28 October 2013

Happy Birthday Aulia Bharhayula


Sebuah pertemanan yang bisa dianggap persahabatan, yang diawali dari ketidaksengajaan seorang teman terbaik yang mengenalkan sahabatnya.

Thursday 24 October 2013

Sebuah Cerita dalam Kata

Ini cerita, tentang rasa, tentang tawa, tentang suka, tentang duka, tentang gundah, tentang resah, tentang amarah, dan tentang apa saja tentang cinta yang kami tuang dalam goresan tinta. Karena cinta, aku dan kamu ada.

http://farizlangen.blogspot.com/

Friday 18 October 2013

Tiruan Kompeni

Ini seperti Belanda
Sering disebut kompeni
Berbaris layak sekutu
Romusa bagai jelata
Tak kenal lelah

Bungkam kata, bungkam suara
Derap langkah memecah telaga
Hanya wajah pasrah yang tergambar nyata
Bebas, lepas!
Bebas, lepas!

Suara yang menelanjangi kami
Teriakan yang mematikan kami
Tindakan yang membodohkan kami
Dan kami hanya berdeham berlari ke kamar mandi
Selepas itu, hanya meniru kompeni

Thursday 17 October 2013

Menunggu

Selamat pagi kamu, yang tak jemu melukis pelangi di hariku
Apa kabar kamu? Yang tak pernah jera menyebar rindu

Sepotong roti bercerita pada pagi
Masih sama, tentang rindu yang menggebu
Tentang rasa yang membuncah
Tentang pinta yang memaksa
Dan terakhir, tentang setia yang bertanya
"akankah semua sama? seperti semula sebelum jarak tercipta"
"akankah semua sama? seperti semula sebelum rindu menerpa"
"akankah semua sama? seperti semula sebelum cemburu mendera"
"akankah semua sama? seperti semula sebelum curiga menyapa"
Dan jawabnya, hanya mengikuti masa...
-Malang, 10 Juni 2013-

Celah Jendela

Aku semakin dibuat tak waras
Bisa menyebutnya gila? Sebutan yang lebih pantas
Ribuan kilo ini semakin menyayat
Menumpas habis air mataku
Menyisakan benjolan di kelopak
Ini menyiksa!

Bisakah ku tarik masa
Mendekatkan yang terpisah
Ah, itu hanya ada pada peta
Tapi nyatanya?
Semua hanya menerka
Bayangmu hanya di jendela
Lalu hilang entah kemana

Hanya berbisik pada udara
Menyapa malam yang terselip pinta
Berharap pada pagi
Berdoa pada Ilahi
Ku ingin hadirmu di sisi
Menuai rindu yang menyerbu kalbu
Berapa lama kau ku tunggu?
Berapa banyak air mataku jatuh?
Berapa kata untuk doaku?
Tuhan, jamahlah doaku, kabulkan pintaku
Aku ingin hadirnya nyata, bukan bayangnya di jendela
                        -Malang, 16 Juni 2013-

Perjalanan

Venus berkedip riang
Embun berjatuhan lembab
Dingin menusuk tulang
Mata pun masih sembab
Ku eratkan pelukan pinggang
Membelah dingin remang
Bercumbu dengan kantuk
Tanpa suara ayam kluruk

Berpacu mesin tanpa deru
Bersautan adzan subuh
Bersapa perempuan tangguh
Berpadu tak kenal saru

Sungguh indah suguhan subuh
Mencipta damai, menyentuh kalbu
Bendungan menyapa bersama surya
Arjuna menjulang menyapa ramah
Terima kasih alam...
Kan ku ceritakan pada malam
Tentang pagi yang menjadi kenangan
Dengan kamu sebagai tambahan
Bersama cinta yang melengkapkan

Pulang Kuliah

Kali ini aku berteman dengan senja
Berdampingan dengan bulan yang merona
Bertiup angin meraba manja
Berkicau burung tertawa ria
Di gedung ini aku berteduh
Duduk bersila dari gaduh

Langit orange memancar ceria
Ada apa sebenarnya? hampir tak percaya
Senja kali ini sungguh berbeda
Dari semua rasa yang ditelan masa
Inginku lupa tentang kasta

Memandang wajah berpancar cinta
Hadirmu membuatku sempurna
Dari masa yang pernah ada
Bulan di sana tak berarti apa
Senja ini tak berarti apa
Kicau ria burung pun tak berarti apa
Tapi hadirmu berarti nyata
Bersama masa, melebur rasa, menyatu dalam cinta
Hanya kamu yang membuatku ada

Tuesday 15 October 2013

Satu, dan itu kamu.

Ini tentang cinta yang mengungkap segala rasa. Tawa, suka, luka, duka, resah, gelisah, semua beradu satu. Bukan tentang resah yang datang, atau gelisah yang menghampiri, tetapi terlebih tentang bagaimana menjaga semua. Cinta tak akan ada tanpa suka, duka, tak akan bertahan tanpa setia, dan tak akan berjalan tanpa percaya.
Aku percaya cinta, aku setia pada satu nama, dan itu kamu - Fariz Bastomy.

Kacau

Aku bosan, semua membuatku penat
Mana sapamu? Candamu, tawamu, mana?
Tuhan, rindu ini semakin melumat habis perasaanku
Sakit.
Ku titipkan rinduku pada awan, angin, matahari, bulan, bintang
dan apa saja yang dapat membawanya padamu
Aku harap kamu merasakannya

Kesepian ini membawaku pada kekacauan
Inginku berlutut agar kau kembali
Tapi itu hanya sebait doa yang tak pernah terdengar oleh-Nya
Jarak ini hampir membunuhku.

                       -27 Mei 2013-

Sunday 13 October 2013

INI GILA!

Ini gila,
Menginginkanmu tetap di sini
Merindukanmu selalu di sisi
Ini gila,
Selangkah kaki, rindu terasa
Sekedip mata, rindu terasa
Sehembus nafas, rindu terasa
Ini gila,
Cinta yang ada telah menjajah
Meracuni aliran darah
Aku menikmati tanpa resah
Aku takut akan berpisah
INI GILA!

Aku Bertanya

Sehari tanpa jeda
Sehari tanpa duka
Sehari tanpa gelisah
Sehari tanpa gundah
Apa ini cinta?
Merengkuh dalam nyata,
Menyatu dengan rasa,
Terikat dalam nafsu,
Beriring tanpa jenuh,
Iya?

Saturday 12 October 2013

Jarak

Malang, 23 Mei 2013

Pada jarak aku meminta
Menjaga semua cinta

Aku titipkan semua
Pada jarak yang terasa
Berjuang dengan rasa

Rindu yang membuncah
Menikmati datangnya resah
Aku terdiam terkurung gundah

Ingin ku dekap tubuhmu ada
Menciummu hingga lelah
Namun,
Hanya jarak yang terasa
Merengkut rindu yang ada

Aku percaya akan cinta
Aku percaya satu nama
Pulanglah segera
Aku merindukanmu ada

Long Distance Relationship...

Malang, 19 Mei 2013

Langkah malam menemani
Masih ku cium hangatmu ada

Saat ku buka mata
hadirmu tak lagi nyata

Ini tentang rasa
Bukan soal berpisah
Pulang, pulanglah!
Dengan rasa yang sama

Setiaku ada
Berpijak pada rasa
Tanpa hiraukan yang ada
Hanya rasa,
Yang membuat kita ada

Thursday 10 October 2013

Gelap Cahaya

Menyela langkah menghela kalah
Berdecak salut bersama kabut
Derap lirih memecah sunyi
Tersukur kalut, tawa membalut

Berteman serdadu, mamapah musuh
Menjilat resah menjadi gaduh

Sunyi!
Lara menyapa, sembunyi tawa
Masihkah ada?
Sisa gelap cahaya?

Putih

Hai langit, apa kabar awan?
Hai bumi, apa kabar tanah?

Merangkak tanah menular nanah
Pekat dan penat jadi asak
Dunia ini telah laknat

Terbang bersama putih
Samudra dunia, bersama ia gigih

Meminta semua sama, apa iya?
Memapah diri, menatur langkah
Terkapar pula akhirnya
Hanya semu yang ada

Sungguh langit tak cerah
Sungguh bumi tak indah
Semua sama, buaian belaka!

Saturday 5 October 2013

Dengan apa?

Hey, dengan apa aku berkata?
Hey, dengan apa aku meminta?
Hey, dengan apa aku merasa?
Hey, dengan apa aku memaksa?

Bibirku keluh
Tanganku kaku
Hatiku jenuh
Rasaku beku

Mataku berkata
Hatiku meminta
Nadiku merasa
Ragaku memaksa

Dengarkan kataku, pintaku, rasaku,
Dan ingin memaksamu...

Ah, ilusi batin saja.

Gubuk Besi

Diding beton berdiri gagah
Deret besi setajam ranjau
Keramik bening bersusun kilau
Warna senada berpadu indah

Berpetak ruang saling hadap
Berpuluh nyawa berdiam teduh

Hening, seperti mati
Derap langkah membelah sunyi
Bisik lirih memecah pagi
Hanya itu, tanpa bernyanyi

Aku terkurung bersama sepi
Ini bukan gubuk mati!
Bukan juga penjara napi!
Lalu, dengan apa ku namai?

Tempat besar kepala?
Tempat tinggi hati?
TIDAK!
Kita sama,
Beradu nasib hanya menumpang.

Friday 4 October 2013

Berjalan atau Berlari

Aku terlahir mungil
Melantangkan tangis, memberi bahagia
Tubuhku tak lagi terlilit usus
Tak lagi berada di dinding lembut milik ibuku
Perlahan kubuka mata, namun hanya gelap yang ada
"Aku di mana?" batinku

Aku berjalan
Tubuhku tak lagi digendong
Saat kubuka mata, tak lagi kulihat gelap
Ada cahaya
"Aku di mana?" batinku

Aku berlari
Tak lagi berjalan pelan, bahkan merangkak
Kubuka mata, banyak cahaya yang kulihat
"Aku di mana?" batinku

Kini pintu telah terbuka
Aku tepat berada di ambang
Hanya dua pilihan,
Kembali berjalan ke dalam atau berlari keluar?
Ah, dilema jadinya.

Jum'at, 04 Oktober 2013

Terik kuning menyengat
Ku angkat lengan ke atas
Ku hela nafas panas
Aku duduk terdiam penat

Memandang hamparan kering
Hanya basah yang ku dapat
Mencari di sela kuning
Hanya kilau yang ku dapat

Sampai kapan berteman penat?
Jejakmu tak kunjung nampak
Sampai kapan aku merapat?
Menanti langkahmu mendekat

Dalam Remang

Semilir angin menyapa manja
Suara gaduh bersahutan menyusun irama
Bola-bola lampu menari dengan nada
Deret kayu tersusun rapi berpetak
Beberapa pasang mata berhadap sapa
Menikmati setiap alunan alam yang bercerita
Dengan bersila aku memandang satu arah
Memandang hampir tanpa jeda
Tersenyum dalam simpul bahagia
Menikmati tiap suguhan dengan rasa

Kamu,
Mampu menyita habis malam ini
Menyempurnakan malam ini
dengan chocolate float yang menemani
Dan aku berbisik lirih pada angin,
"Terima kasih, Tuhan. Aku menyayanginya"

Njambon*

Aku menyebutnya ini cinta
Aku menyebutnya ini sayang
Aku menyebutnya ini indah
Aku menyebutnya ini sempurna

Lalu dengan apa lagi aku menyebutnya?
Hampir habis kataku mengucap tentangmu
Tak ada kalimat rumpang terucap untukmu
Semua begitu indah, begitu sempurna
Adakah manusia yang Tuhan ciptakan sempurna? Maka jawabnya, TIDAK!
Tapi, ada manusia yang Tuhan ciptakan mendekati sempurna. Iya ada.
Dan itu, kamu.
Segala rasamu mampu menyempurnakanku,
Segala tingkahmu mampu menyempurnakanku,
Apa ini berlebih? Ah, aku rasa tidak.
Aku berkata apa adanya, seperti apa yang ku rasa

*Njambon : Istilah Jawa yang berarti merah muda

Buntu

Gulungan ombak mengikis jari kaki
Menyelimuti tiap kuku-kuku biru
Tak ku angkat celanaku ke atas, biarlah terbasuh air
Aku mendongak, melihat semua tanpa batas
Biru, atas dan bawah langit
Aku berbaring
Aku berpaku bisu
Nyawa pemberian-Mu kubiarkan begitu saja
Tanpa warna, tanpa cahaya
Imajinasiku kelam, hidupku sama
Sampai ombak menggulung habis anganku
Mengajak aku berdiam di palung laut
Tak ada cahaya, hanya gelap yang ku rasa
Aku hanya pasrah pada masa, biarkan semua rata

Hanya Kata

Bla bla bla, katamu
Bla bla bla, katamu
Katamu bukan hatimu

Kata hanya sebatas kata
Memang tak terikat tapi bermakna
Memang tak menjanjikan tapi mengartikan

Tangan Pisang

Deret pisang berjajar enak
Perlahan dikupasnya lunak
Sejuta sayang tertera nyata
Rengekan beradu tangis manja
Mencecap habis tiap suapnya

Wajah merona tergambar gembira
Tangan itu mengulas tawa
Di sela tangannya aku berlindung teduh
Tak lagi sesak, penat, atau jenuh
Terima kasih pemberi nyawa,
Aku menyayanginya
Mulai aku berbasuh darah, hingga nanti terbalut tanah