Wednesday 7 November 2012

PERIODISASI SASTRA DI INDONESIA

Dosen           : Ida Lestari
Mata Kuliah  : Sejarah Sastra
Kamis, 6 September 2012

Periodisasi Sastra di Indonesia

Sastra Indonesia, adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Indonesia. Istilah “Indonesia” sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah tersebut.Dalam perkembangannya, khasanah kesusastraan di Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan.Terdapat beberapa periodesasi dalam perkembangan tersebut. Berikut 5 periodesasi sastra di Indonesia yang berhasil dirangkum uniknya.com:
1. Angkatan Pujangga Lama
Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20.Pada masa ini karya satra di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan.Hamzah Fansuri adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.

2. Angkatan Sastra Melayu Lama
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 – 1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti “Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya”, orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.

3. Angkatan Balai Pustaka
Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka.Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar).Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura.
 Sutan Iskandar dapat disebut sebagai “Raja Angkatan Balai Pustaka” oleh sebab banyak karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah “novel Sumatera”, dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya. Pada masa ini, novel Siti Nurbaya dan Salah Asuhan menjadi karya yang cukup penting.Keduanya menampilkan kritik tajam terhadap adat-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu.Dalam perkembangannya, tema-teman inilah yang banyak diikuti oleh penulis-penulis lainnya pada masa itu.

4. Angkatan Pujangga Baru
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan.Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.
Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane.Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 – 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar Terkembang, menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus sastra Indonesia. Selain Layar Terkembang, pada periode ini novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck dan Kalau Tak Untung menjadi karya penting sebelum perang. Pada masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu : Satu, Kelompok “Seni untuk Seni” yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah, dan Dua, Kelompok “Seni untuk Pembangunan Masyarakat” yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.
 
5. Angkatan 1945
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan ’45.Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik.Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar.Sastrawan angkatan ’45 memiliki konsep seni yang diberi judul “Surat Kepercayaan Gelanggang”.Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan ’45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Manguak Takdir, pada periode ini cerpen Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheis dianggap sebagai karya pembaharuan prosa Indonesia.

Tionghoa dan Subversi Sastra Melayu-Rendah

SASTRA Melayu-Rendah yang juga disebut sastra Melayu-Tionghoa, Melayu-China, Melayu-Pasar, atau Melayu-Lingua Franca, pernah hidup di bumi Nusantara. Meski usianya tak terlampau lama, sejak medio abad ke-19 hingga tahun 1960-an, telah mencatatkan peran penting dalam sejarah literasi di Indonesia.Memeringati 80 tahun Sumpah Pemuda, Fakultas Sastra Undip bersama Masyarakat Tjerita Silat menggelar bedah buku, sarasehan, dan diskusi yang mengangkat tema di seputar bahasa dan sastra Melayu-Rendah.
Acara yang berlangsung selama empat hari (25-28/10) itu, menghadirkan sejumlah pakar, akademisi, dan pemerhati sastra Melayu-Rendah, antara lain Jacob Sumardjo, Ajip Rosidi, Hendarto Supatra, Dwi Susanto, IM Hendrarti, Sutrisno Murtiyoso, Herudjati Purwoko, dan Stefanus. Mereka mengupas sastra Melayu-Rendah dari pelbagai sudut pandang.    
Sebagai istilah, sastra Melayu-Rendah bermuatan politis.Ia dimunculkan oleh Balai Poestaka selaku pemegang otoritas kebahasaan Pemerintah Kolonial Belanda. Lembaga yang didirikan pada 27 September 1917 itu, menganggap semua produk kesusastraan yang tak menggunakan varian linguistik Melayu-Riau sebagai tidak standar, rendah, cabul, dan liar.
IM Hendrarti menengarai, pemberian stigma buruk terhadap sastra Melayu-Rendah terkait dengan politik pembatasan penyebaran informasi yang dapat membahayakan stabilitas pemerintah kolonial.Pasalnya, Melayu-Rendah dianggap sebagai ragam bahasa yang biasa dipakai untuk kepentingan-kepentingan subversif, terutama oleh para jurnalis di era pergerakan.







HAKIKAT BAHASA


Dosen              : Dawud
Mata Kuliah     : Linguistik Umum
Kamis, 6 September 2012


BAB I
HAKIKAT BAHASA
1.  PENGERTIAN BAHASA
Bahasa adalah system lambang bunyi yang arbiter yang digunakan anggota kelompok masyarakat untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. 
Bahasa adalah alat untuk mengungkapkan pikiran, perasaan dan kemauan yang murni manusiawi dan tidak instingtif dengan pertolongan system lambang bunyi yang diciptakan dengan sengaja.

                 2. SIFAT-SIFAT BAHASA

a.       BERSISTEM
Bahasa adalah sistem unsur & sistem kaidah (bunyi & urutannya, kata & bentukannya, kalimat & susunannya)
Bahasa adalah sistem tanda bahasa itu “berdiri untuk sesuatu yang lain”
Bahasa merupakan sistem tanda bunyi atau bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
b.      ARBITRER
Hubungan antara bunyi bahasa dengan sesuatu yang ditandai itu “sewenang-wenang”; tidak wajib
c.       KONVENSIONAL
Tanda bahasa itu harus disepakati oleh penuturnya / masyarakat bahasanya
d.      PRODUKTIF & DINAMIS
Unsur bahasa relatif terbatas, tetapi dapat dipakai menciptakan satuan bahasa yang relatif tidak terbatas jumlahnya
e.       UNIK SEKALIGUS UNIVERSAL
Setiap bahasa memiliki ciri penanda khas yang berbeda dengan ciri penanda bahasa lain, tetapi juga memiliki kaidah inti yang sama dengan bahasa lain.
f.       BERVARIASI
Sistem dasarnya sama, tetapi perwujuduannya dalam tuturan bisa beragam sesuai dengan partisipan, topik, latar, dan situasi tutur.
         
         3.   FUNGSI BAHASA

1.      ALAT KOMUNIKASI & BEKERJA SAMA
> Berhubungan antar anggota masyarakat
> Mewadahi isi pesan antar penutur

2.      IDENTIFIKASI & EKSPRESI DIRI
> Menandai kelompok masyarakat tutur
> Mengungkapkan cipta, rasa, dan karsa
> Memahami & mengapresiasi orang lain

3.      KULTURAL
Bahasa merupakan alat untuk mewadahi budaya masyarakat tuturnya
Bahasa merupakan salah satu produk budaya

PEMAKAIAN HURUF


Dosen              : Imam agus Basuki
Mata Kuliah     : Dasar – Dasar Menulis
Rabu, 5 September 2012
BAB I
PEMAKAIAN HURUF
A.    Huruf Abjad
Huruf abjad dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri dari huruf A-Z , seperti a b c d e f g h I j k l m n o p q r s t u v w x y z.
B.     Huruf  Vokal
Huruf vokal dalam bahasa Indonesa terdiri dari a i u e dan o.
Huruf Vokal
Contoh Pemakaian Dalam Kata
Posisi awal
Posisi Tengah
Posisi Akhir
a
api
padi
Lusa
e*
enak
petak
Sore
emas
kena
Tipe
I
itu
simpan
Murni
o
oleh
kota
Radio
U
ulang
bumi
Ibu
* untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen (‘) dapat digunakan jika ejaan kata menimbulkan keraguan. Misalnya : Anak-anak bermain di téras (teras) > Upacara itu dihadiri pejabat teras Bank Indonesia.
C.    Huruf Konsonan
Huruf konsonan dalam bahasa indonesia adalah huruf selain huruf vokal,yaitu b,c,d,f,g,h,j,k,l,m,n,p,q,r,s,t,v,w,x,y,z.
D.    Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat kata yang melambangkan diftong, yaitu  ai,au dan oi.
Huruf Diftong
Contoh Pemakaian Dalam Kata
Posisi Awal
Posisi Tengah
Posisi Akhir
ai
ain
malaikat
Pandai
Au
aula
saudara
Harimau
Oi
-
boikot
amboi
E.     Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh,ng,ny dan sy masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Gabungan Huruf Konsosnan
Contoh Pemakaian Dalam Kata
Posisi Awal
Posisi Tengah
Posisi Akhir
Kh
khusus
akhir
tarikh
Ng
ngilu
bangun
senang
Ny
nyata
banyak
-
Sy
syarat
isyarat
arasy
Catatan : nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain ditulis sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbagan khusus.
F.     Huruf Kapital
1.   Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Contoh : Dia membaca buku.
2.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contoh : Adik bertanya “Kapan kita pulang ?”
3.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam  kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan.
Contoh : Islam, Kristen, Budha, Katolik, Yang Maha Pengasih, Quran, dll.
4.   a)     Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan dan          keagamaan yang diikuti nama orang.
 Contoh : Mahaputra Yamin, Nabi Ibrahim, Imam Syafii
b)        Huruf  kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan       dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
  Contoh : Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
5.   a)     Huruf kapital sebagai huruf pertama unsur jabatan diikuti nama orang, nama instansi,        nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu,
        Contoh : Wakil Presiden Adam Malik.
b)   Huruf kapital digunakan sebagaiai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang     merujuk kepada bentuk lengkapnya.
      Contoh : Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia
c)      Huruf capital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.
Contoh : Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu ?
6.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang
Contoh : Amir Hamzah
7.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Namun huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.
Contoh : 1. bangsa Eskimo > 2. pengindonesian kata asing (tidak menggunakan huruf capital pada kata Indonesia)
8.      Huruf kapital digunakan pada pemakaian huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya. Huruf kapital juga digunakan pada huruf pertama unsur-unsur pada peristiwa sejarah. Namun, tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama.
Contoh :  tahun Hijriah (nama tahun)
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (nama peristiwa sejarah)
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia (nama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama).
9.      Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi. Namun tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geografi.
Contoh :    Banyuwangi (nama diri geografi)
                  Bukit Barisan (unsur geografi yang diikuti nama diri geografi)
                  ukiran Jepara (nama geografi yang kemudian diikuti kekhasan budayanya)
                  berlayar ke teluk (tidak diikuti oleh nama diri geografi)
                  nangka belanda (sebagai penjelas nama jenis)
10.  a) Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, nama dokumen resmi kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, untuk.
Contoh :   Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972
 b) Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi.
Contoh :   menjadi sebuah republik
11.  Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, nama dokumen resmi dan judul karangan.
Contoh :   Perserikatan Bangsa – Bangsa
12.  Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Contoh :   Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
13.  Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsure singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan yang digunakan dengan nama diri.
Contoh :   Dr.       Doktor
                 S.S.      Sarjana Sastra
                 Tn.       Tuan
14.  Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik dan paman yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.
Contoh :   Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”
15.  Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan.
Contoh :   Sudahkah Anda tahu ?
16.  Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu.
G.    Huruf Miring
1.      Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh : Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama karangan Prapanca.
2.      Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok.
Contoh : Huruf pertama kata abad adalah a.
Catatan : Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis huruf miring tetapi diapit dengan tanda petik.
3.      Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia.
Contoh : Nama ilmiah buah mangga adalah Carcinia mangostana.
4.      Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai bahasa Indonesia.
Contoh : Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
Catatan : Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan di cetak miring digarisbawahi
H.    Huruf Tebal
Huruf tebal dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambing, daftar pustaka, indeks dan lampiran.
Contoh :
Judul                    : HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
Bab                      : BAB I PENDAHULUAN
Bagian Bab          : 1.1 Latar Belakang Masalah
                               1.2 Tujuan
Daftar, indeks, dann lampiran     :
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMBANG
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS
LAMPIRAN
Catatan : Dalam tulisan tangan atau ketikan manual, huruf atau kata yang akan dicetak dengan huruf tebal diberi garis bawah ganda.